Selasa, 17 Desember 2013

Perubahan Iklim Ubah Pola Migrasi Sidat Tropis




Perubahan iklim telah mengubah pola migrasi ikan sidat di perairan laut Kepulauan Indonesia. Jika biasanya ikan ini hanya bisa dilihat di laut selama setengah tahun, namun saat ini belut laut ini muncul sepanjang tahun.
Bentuknya seperti ular. Namun secara biologis karena memiliki insang dan sirip dia masuk kelompok ikan. Orang Indonesia biasa menyebutnya ikan sidat (belut laut tropis) atau bahasa latinnya anguilla sp. Jarang sekali ikan ini dikonsumsi oleh orang pribumi. Meski demikian, jangan remehkan ikan ini dari bentuknya. Sebab kandungan nutrisi ikan ini berada di atas rata-rata semua jenis ikan. Bahkan, di Eropa, Amerika, dan Jepang ikan ini laris manis dan menjadi konsumsi dari kalangan menengah ke atas karena harganya cukup mahal.
Bahkan sebagian orang Jepang percaya bahwa dengan mengonsumsi ikan ini bisa menambah stamina dan memperpanjang umur. Meskipun terkesan hanya sebagai mitos, namun secara medis ikan ini memang memiliki kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil ikan sidat jenis tropis yang melimpah.
Menurut Peneliti Bidang Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hagi Yulia Sugeha menyatakan RI berpotensi menjadi penghasil ikan sidat terbesar di dunia. Sebab, ikan sidat jenis tropis yang ada di perairan laut Indonesia memiliki karakter yang unik. Sidat betina tropis memiliki kemampuan reproduksi sembilan kali lebih banyak ketimbang jenis ikan sidat dari lintang tinggi. Ini bisa dilihat dari jumlah telur yang dibawa dalam perutnya. Selain itu kemampuan memijahnya pun sepanjang tahun. Dengan kemampuan bertelur mencapai ratusan ribu bahkan jutaan telur, maka ikan ini sangat potensial untuk dibudidayakan.
“Ikan sidat merupakan menu paling mahal di Jepang disebut sebagai unagi tahun 2000-an harga ikan ini di pasar 700 yen per ekor (saat itu sekira Rp.490 ribu per ekor). Tapi kalau sudah diolah yang siap makan di restoran harganya 5.000 yen per porsi. Itu hanya orang kaya yang beli padahal hanya 1 potong,” katanya.
Meski demikian, kata dia, ikan sidat kini mulai menunjukkan pola hidup yang berbeda. Menurut Yulia, ini bisa disebabkan oleh perubahan iklim atau kondisi air yang tercemar. Selama ini dilaporkan ikan ini akan muncul di lautan hanya setengah tahun. Namun ternyata berdasarkan penelitian yang dia lakukan di Muara Sungai Poigar sebelah utara pulau Sulawesi, ikan ini bisa muncul sepanjang tahun. Selain itu, komposisi spesies ikan sidat yang masuk ke perairan laut Indonesia pun bisa berbeda. Dalam satu tahun bisa dominan sidat jenis spesies celebesensis, sedang tahun berikutnya bisa dominan marmorata.
Pengamatan yang dilakukan Yulia bersama empat peneliti dari Jepang selama kurun 1997-1999, terungkap bahwa pola migrasi sidat Muara Sungai Poigar Sulawesi tercatat ada tiga karakter spesies sidat yang melimpah. Yakni, jenis anguilla celebesensis, marmorata, dan bicolor pacifica. Selama tiga tahun penelitian celebesensis merupakan spesies paling melimpah dengan angka 73,5 persen, 79,5 persen, dan 81,9 persen. Marmorata merupakan spesies dengan kelimpahan nomor dua dengang persentase 23,8 persen, 18,8 persen, dan 17,7 persen. Sedangan bicolor pasifika hanya 2,7 persen, 1,7 persen, dan 0,3 persen.
“Selama awal bulan, belut laut ini tampak lebih melimpah saat laut pasang ketimbang saat surut. Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa ikan sidat akan menjadi melimpah saat awal bulan dan saat laut pasang,” katanya.
Namun selama empat tahun terakhir penelitian yang dilakukan Yulia bersama tim peneliti LIPI, ditemukan pola migrasi yang berbeda dari ikan ini.
Menurut dia, ikan sidat telah mengubah tingkah laku migrasi. Dia bersama tim peneliti baru saja melaporkan tentang perubahan dominasi spesies. Celebesensis yang sebelumnya tampak melimpah kini telah digantikan oleh marmorata. Toh meskipun, kata dia, dalam bermigrasi celebesensis memang lebih dekat ke Indonesia dibandingkan marmorata dan bicolor pasifika.
“Kami menduga perubahan siklus ini karena dia mengikuti siklus perubahan iklim. Jadi mungkin 10 tahun kemudian bisa jadi celebesensis akan dominan lagi. Lha kalau dipengaruhi lagi oleh perubahan iklim itu bisa berubah sebab spesies yang bermigrasi sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim atau lingkungan. Jadi apabila lingkungan berubah, maka pola migrasinya juga akan berubah. Misalnya sungainya rusak, tercemar dan lainnya,” paparnya.
Para ilmuwan memang sudah terlanjur khawatir. Bahwa pada 2030 mendatang diperkirakan banyak spesies akan punah. Namun kenyataannya dilaporkan bahwa Indonesia merupakan tempat bagi tujuh dari 18 spesies ikan sidat yang ada di dunia.
Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Yulia dan Tim LIPI menemukan lima jenis spesies baru yang karakternya belum pernah di laporkan ada di dunia. Sehingga berpeluang menjadi spesies baru di luar angka 18 spesies yang telah tercatat tersebut. Selain itu, dia menemukan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi tempat tinggal tujuh spesies sidat, namun juga ditemukan dua spesies lainnya yang termasuk bagian dari 18 spesies tersebut. Artinya Indonesia berpeluang ditempati sembilan spesies sidat yang pernah dikenal di dunia.
Tidak hanya itu, spesies moyang dari sidat yakni anguilla borneensis merupakan spesies yang hanya ada di Indonesia dan statusnya sudah endemis atau terancam punah. Wilayah Indonesia memang sangat memungkinkan sebagai tempat favorit sidat, karena karakter ikan sidat yang suka bertelur di wilayah gugusan pulau. Selain itu banyaknya gunung dan danau merupakan surga bagi ikan ini. Yulia bersama Tim peneliti sempat menemukan ikan sidat yang sudah berumur 15 tahun dengan ukuran panjang 1,72 meter dan berat 15 kg. Tingkat pertumbuhannya memang tinggi di daerah tropis.
“Curiga saya jangan-jangan 18 spesies dunia awal penyebarannya dari Indonesia kemudian menyebar ke daerah lain,” katanya.
Mempelajari pola karakter hidup ikan sidat memang unik. Ikan ini bisa hidup di air tawar maupun asin, dipercaya inilah yang menyebabkan metabolisme dan daya tahan tubuh ikan ini menjadi tinggi sehingga kandungan nutrisinya pun tinggi. Ikan sidat dewasa akan bereproduksi di laut. Sementara jutaan anakan-anakan ikan ini akan bermigrasi mencari muara dan menuju air tawar dan tinggal di sana selama bertahun-tahun.
Setelah dewasa sidat akan kembali mencari laut untuk bereproduksi begitu terus siklusnya. Ini terbalik dari ikan salmon yang justru mencari air tawar untuk melakukan reproduksi, dan anak-anaknya yang akan bermigrasi mencari laut.
Namun menurut Yulia, memang ada yang berubah dari pola migrasi sidat. Temuan lain yang dia dapatkan bersama tim peneliti adalah pola migrasi yang tidak sama antara Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.
Penelitian yang dilakukan secara serentak di tiga wilayah tersebut dengan melibatkan banyak anggota tim peneliti menemukan bahwa musim kemarau merupakan puncak kelimpahan sidat di Indonesia bagian tengah yakni pada bulan April – Oktober. Namun kebalikannya, justru Indonesia bagian barat dan timur kelimpahannya rendah saat musim kemarau.
“Jadi kemungkinan ketemu kelimpahannya di musim penghujan. Nah implikasinya buat pengelolaannya tidak boleh sama. Kebiasaan di Indonesia, jika satu budi dayanya seperti ini maka yang lainnya juga sama. Padahal musimnya saja beda,” paparnya.
Hingga saat ini, memang eksploitasi ikan sidat masih mengandalkan hasil tangkapan alam. Biasanya ikan sidat ditangkap saat anakan untuk kemudian diekspor atau pada ukuran yang sudah besar. Meskipun di Indonesia potensinya memang melimpah dan belum tergali, namun menurut Yulia hingga saat ini belum ditemukan lokasi di mana ikan sidat ini bertelur dan bereproduksi. Jika sudah ditemukan lokasi dan karakternya, tentu akan sangat membantu pengembangan budi dayanya.
Selain itu, dia mengkhawatirkan masih ada spesies lain ikan sidat di negeri ini yang belum ditemukan. Kekhawatirannya spesies tersebut sudah punah lebih dulu sebelum dilakukan pencatatan akibat eksploitasi yang tidak mempertimbangkan keberlanjutan kehidupan ikan ini.

praktikum PINOPHYTA (GYMNOSPERMAE)




A.      Tujuan Praktikum
1.      Untuk menemukan ciri-ciri familia-familia dalam kelas Cycadopsida, Gnetopsida,dan Coniferopsida.
2.      Mengklasifikasikan masing-masing spesimen berdasarkan karakteristiknya.

B.     Landasan Teori
1.    Pengertian Gymnospermae
Gymnospermae adalah tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan biji. Gymnospermae berbeda dengan tumbuhan berbunga (Angiospermae) karena bakal biji tumbuhan Gymnospermae telanjang, tidak tertutup oleh daun buah (carpel). Bakal biji Gymnospermae terdapat pada daun yang termodifikasi atau pada ujung-ujung daun tertentu.bakal biji tersebut bersama-sama membentuk kerucut (strobilus). Tumbuhan ini memiliki habitus semak, perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang, batang tumbuhan tegak lurus dan bercabang-cabang.
Gymnospermae tidak memiliki bunga yang sesungguhnya, sporofil terpisah-pisah atau membentuk strobilus jantan dan strobilus betina. Umumnya berkelamin tunggal namun ada juga yang berkelamin dua. Penyerbukan pada gymnospermae hampir selalu dengan cara Anemogami (dengan bantuan angin). Waktu penyerbukan sampai pembuahan ralatif panjang. Gymnospermae di bagi menjadi 4 kelas namun sekarang di anggap sebagai divisi tersendiri yaitu Cycadophyta (Cycadopsida), Pinophyta (Pinopsida), Gnetophyta (Gnetopsida), Ginkgophyta (Ginkgopsida).
Gymnospermae merupakan kelompok tumbuhan purba yang di perkirakan muncul pertama kali pada zaman kreta atau jura,dan mengalami kelimpahan pada zaman palaeozoik dan mesozoik. Dari semua sisa yang masih hidup, kurang lebih 700 spesies merupakan tumbuhan berkayu. Komponen utama xilem pada sebagian besar anggota Gymnospermae adalah trakeid, sebagai penyalur air dan struktur penunjang. Pembuluh kayu pada pertumbuhan sekunder hanya di temukan pada anggota ordo Gnetales.
2.    Kelas Gymnospermae
Tumbuhan gymnospermae dibagi menjadi 4 divisi yakni :
a.       Cycadophyta
Cycadophyta adalah kelompok tumbuhan yang anggotanya berbeda satu sama lainnya. Salah atu contohnya adalah Cycas yang tubuhnya menyerupai tanaman palem. Sebagian besar dari kelompok ini hidup di daerah tropis dan subtropics. Pada umumnya anggota Cycadophyta adalah tanaman yang berukuran besar, beberapa jenis dapat mencapai tinggi sampai 18 meter atau lebih. Batangnya tertutup oleh dasar dari daun yang gugur. Daun Cycadophyta yang fungsional mengelompok berupa roset yang ada di ujung batang sehingga menyerupai tanaman palem. Struktur reproduksinya berupa daun-daun mereduksi yang mendukung sporangia dan mengelompok pada suatu aksis membentuk struktur seperti kerucut. Strobilus jantan dan betina berada pada tanaman yang berbeda sehingga penyerbukannya
lewat angin.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv4ZMI2o8AWa3iw-s4cPPBvq74c2qTe6Cd23qo8jNhmlDls6xPkQ1Z5lcI7u7jBQzHopuR1FI-UuL64ONgqGUag0eb_4w34iJfRiKTgPCAI5W5Rm2YFRf9pc1SWqkP3HesL60jFSRh329M/s320/Picture1.jpg   Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPcgW5Uuv7c7NRH_OnhcFR9Us8LLVms_Yw2gOuk5hcb51OY5UG7-OcmIt8ZXe-RjMYis26Kab_BT3hLYKC_YPOp0pbdQ5ziTYx4z_hTradn_zTVIXP6s8Uf8LJAzjdcfUo25F1yZWk7lZG/s320/Picture2.jpg
            Daun dan runjung jantan Cycas          strobilus betina Cycas rumphii
b.    Ginkgophyta
Salah satu anggotanya adalah Ginkgo biloba, tanaman ini mudah dikenali karena bentuk daunnya seperti kipas dengan tulang daunnya yang bercabang menggarpu. Tingginya dapat mencapi 30 meter atau lebih, tanaman ini bersifat desiduos, daunnya berubah
menjadi berwarna keemasan sebelum gugur. Gynkgophyta mempunyai ovulum dan mikrosporangia yang terdapat pada individu yang berlainan. Ovulumnya berpasangan pada ujung cabang pendek dan ketika masak menghasilkan biji yang berdaging.
c.    Coniferophyta
Pinus merupakan marga yang paling popular diantara anggota G
ymnospermae lainnya. Pinus mempunyai susunan daun yang unik, yaitu pada saat serupa semaian mempunyai susunan daun spiralis dan berupa daun tunggal. Akan tetapi ketika berumur satu atau dua tahun daun yang berupa jaru terebut berubah menjadi tersusun dalam suatu berkas atau fasikulus. Setiap fasikulus terdiri dari satu sampai delapan daun jarum tergantung jenisnya. Dilihat dari struktur anatomisnya daun pinus sangat cocok untuk tumbuh di daerah kering. Beberapa cirinya adalah sebagai berikut : epidermisnya tertutup oleh kutikula tebal, epidermisnya tebal dan rapat, hipodermisnya tersusun oleh sel-sel yang berdinding tebal, selain itu stomatanya tenggelam. Pinus seperti anggota Conifer lainnya menghasilkan strobilus jantan dan betina pada satu pohon. Biasanya strobilus jantan tmbuh pada cabang yang lebih rendah daripada cabang strobilus betina. Pada beberapa jenis pinus kedua jenis strobilus ini tumbuh pada cabang yang sama dengan strobilus betina tumbuh dekat ujung cabang. Strobilus betina mempunyai ukuran lebih besar dan kompleks daripada strobilus jantan. Meskipun beberapa anggota Conifer lain tidak mempunyai daun jarum dan berbeda dalam system reproduksinya tetapi Conifer merupakan kelompok yang relatif homogen.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUZjkzk_yNR7ZsR9BYIjxf0J93WHIqsYnSuSOsEL1wDgmODBgaZykIjfTrk4CE1EHT4cZVV9pHheO_55FI_Mpa0_J5NnWfoijV9VSGcg5Bv6YShAoMC1WHTczamRZ0n4JJ-HRrtkpin88Y/s320/Picture7.jpg
Strobilus pada Pinus merkusii
d.   Gnetophyta
Divisi ini meliputi 3 genera yaitu Gnetum, Epedhra, Welwitschia. Gnetum mempunyai 30 jenis meliputi tumbuhan yang berupa pohon dan merambat dengan daun yang tebal dan besar seperti kulit, menyerupai daun tumbuhan dikotil. Tumbuh di daerah tropis. Ephedra meliputi 35 jenis, pada umumnya berupa tumbuhan semak dengan daun kecil seperti sisik dan batang bersambungan satu sama lainnya. Tumbuh didaerah kering atau gurun. Welwitschia merupakan tumbuha berpembuluh paling aneh. Sebagian besar tubuhnya teertanam dalam tanah berpasir. Bagian yang muncul di atas tanah berupa cakram besar berkayu berbentuk konkaf dengan dua daun yang berbentuk pita. Cabang yang menghasilkan strobilus tumbuh dari jaringan meristem yang ada di bagian tepi cakram. Banyak ditemukan di gurun. Anggota Gnetophyta mempunyai karakteristik seperti tumbuhan Angiospermae, misalnya antara strobilusnya dengan bunga majemuk pada Angiospermae, adanya trakea di dalam xilemnya, serta tidak adanya arkegonia pada Gnetum dan Welwitschia.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJhnN42drO8ZazEgMcTFCgiKR24_G_ZrMRg3D3bZEFGccZpGxCK63TgNbbwqHyd7Qg4z1r8uktlqRxydCLYAnQ2kx5EOuScVRFdXumLQ608FIfkaqmpzCeHrChwo9IAP6sLPdOsr5sMnHg/s320/Picture4.jpg Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeF4Gfcs1vLDNxSpP2_jMf57Q6O2z4nn6iWNLo8RLMc9K4zBgkWuro9ulZILdlmNL7MpaWxhyphenhyphenPtMLGZhQOQSsUHEkC9-9aKgFhhlYXb1oaOiWmVFUSF9S6JZTObKGNwsHUoFVrkMmNguWP/s320/Picture9.png
                                    Gnetum gnemon                      Strobilus Gnetum gnemon
C.    Alat dan Bahan
1.      Lup
2.      Cycas rumphii
3.      Pinus merkusii
4.      Gnetum gnemon
D.    Prosedur Kerja
1.      Mengambil spesimen tumbuhan, kemudian mengamati secara bergantian untuk setiap karakteristik.
2.      Mengamati habitusnya dan percabangan batang dan bentuk tajuk.
3.      Mengamati daun yang mencangkup jenis daun, pertulangan daun, bentuk daun, tepi daun, dan termasuk tunggal atau majemuk.
4.      Mengamati secara rinci alat perkembangbiakannya membedakan antara strobilus jantan dan betina. Memperhatikan apakah strobilus tersebut berada pada satu tanaman atau berbeda tanaman. Serta letak dan jumlah mikrosporofil dan makrosporofil.
5.      Khusus Gnetum gnemon, memperhatikan habitus dan alat perkembang biakannya berupa krucut jantan maupun betina tersusun dalam bentuk bulir. Mengamati krucut jantan dimana letak benang sarinya dan pada kerucut betina menunjukan prianthiumnya. Menyebutkan ciri-ciri spesifik Gnetum gnemon yang menyerupai tumbuhan Angiospermae.
6.      Membuat gambar dan mengklasifikasikan masing-masing spesimen berdasarkan spesifikasi yang telah anda amati.

F.     Pembahasan
Phynophyta disebut juga Gymnospermae, hal ini dikarenakan pada bijinya yang terbuka/telanjang dimana ovulum tidak terbungkus daun buah karpel. Pada praktikum kali inilah kami mengamati mengenai Divisi phynophyta ini. Tumbuhan Phynophyta di bagi menjadi beberapa kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, Gnetopsida, dan Ginkgopsida. Diantara 4 kelas dari divisi Phynophyta ini hanya 3 kelas yang akan kami amati karena di daerah tropis hanya dapat ditemukan 3 kelas dari divisi ini, yaitu Cycadopsida dengan spesies Cycas rumphii, Coniferopsida dengan spesies Pinus merkusii, dan Gnetopsida dengan spesies Gnetum gnemon.
Pengamatan pertama yang kami lakukan ialah pada spesies dari kelas Cycadopsida yaitu:
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPcgW5Uuv7c7NRH_OnhcFR9Us8LLVms_Yw2gOuk5hcb51OY5UG7-OcmIt8ZXe-RjMYis26Kab_BT3hLYKC_YPOp0pbdQ5ziTYx4z_hTradn_zTVIXP6s8Uf8LJAzjdcfUo25F1yZWk7lZG/s320/Picture2.jpgKlasifikasi Pakis haji
Divisio      : Pinophyta
Class
         : Cycadopsida
Ordo
         : Cycadales
Famil
y      : Cycadaceae
Genus
       : Cycas
Spesies
     : Cycas rumpii
Pakis haji atau dalam bahasa ilmiah disebut Cycas rumpii merupakan kelompok tumbuhan Phynophyta yang tergolong dalam kelas Cycadopsida dengan habitus pohon berkayu, bentuk daun monopodial yang bagian atasnya berbentuk seperti sarang burung. Pakis haji memiliki bentuk penampang batang yang bulat.
Letak daun atau disebut juga filotaksis pada Pakis haji ialah berhadapan dengan bentuk pertulangan daun yang sejajar, bentuk daun ensiformis dengan tepi daun yang rata dengan tipe daun majemuk paripinatus.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berumah dua (dioceus) dimana alat kelaminya yakni strobilusnya terpisah antara jantan dan betinanya. Kedua strobilus tersebut terletak diterminal dengan strobilus betina lebih besar daripada strobilus jantan. Jumlah makrofil dan mikrofilnya banyak dengan posisi yang spiral dan keterbukaan bijinya terbuka. Struktur reproduksinya berupa daun-daun mereduksi yang mendukung sporangia dan mengelompok pada suatu aksis membentuk struktur seperti kerucut. Strobilus jantan dan betina berada pada tanaman yang berbeda sehingga penyerbukannya dengan bantuan angin.
Manfaat Pakis haji bagi manusia ialah sebagai tanaman hias dan juga sebagai obat herbal yaitu obat penyakit diabetes.
Pengamatan selanjutnya ialah pada tumbuhan pinus, yaitu :
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUZjkzk_yNR7ZsR9BYIjxf0J93WHIqsYnSuSOsEL1wDgmODBgaZykIjfTrk4CE1EHT4cZVV9pHheO_55FI_Mpa0_J5NnWfoijV9VSGcg5Bv6YShAoMC1WHTczamRZ0n4JJ-HRrtkpin88Y/s320/Picture7.jpgKlasifikasi Pinus merkusii
Divisio
      : Pinophyta
Class
         : Coniferopsida
Ordo
         : Coniferales
Famil
y      : Pinaceae
Genus
       : Pinus
Spesies
     : Pinus mercusii
Pinus mercusii merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam kelas Coniferopsida dan familia Pinaceae. Pinus ini mempunyai ciri habitusnya adalah pohon berkayu dengan pola percabangan monopodial, bentuk segi penampang batangnya ialah bulat silindris. Bentuk filotaksis daunnya ialah berbekas fascicied dengan pertulangan daun yang sejajar, memiliki bentuk daun seperti jarum yang panjang dengan tepi daun yang rata dan tipe daun yang majemuk. Pinus merupakan tumbuhan berumah satu (monocieous) yang artinya alat kelaminnya dalam satu tumbuhan.
Pinus mempunyai susunan daun yang unik, yaitu pada saat serupa semaian mempunyai susunan daun spiralis dan berupa daun tunggal. Akan tetapi ketika berumur satu atau dua tahun daun yang berupa jarum tersebut berubah menjadi tersusun dalam suatu berkas atau fasikulus. Setiap fasikulus terdiri dari satu sampai delapan daun jarum tergantung jenisnya. Dilihat dari struktur anatomisnya daun pinus sangat cocok untuk tumbuh di daerah kering.
Habitat Pinus ialah pada daerah pegunungan. Letak strobilus jantan terminal atau di ujung batang, sedangkan betinanya aksilar atau di ketiak daun, biasanya strobilus betina lebih besar dari pada yang jantannya. Memiliki jumlah makrofil dan mikrofilnya banyak dengan posisi yang tersebar. Keterbukaan bijinya adalah agak terbuka.
Pengamatn yang terakhir ialah dari kelas Gnetophyta (gnetopsida) yaitu dari spesies Gnetum gnemon atau dikenal dengan nama melinjo, yaitu :
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeF4Gfcs1vLDNxSpP2_jMf57Q6O2z4nn6iWNLo8RLMc9K4zBgkWuro9ulZILdlmNL7MpaWxhyphenhyphenPtMLGZhQOQSsUHEkC9-9aKgFhhlYXb1oaOiWmVFUSF9S6JZTObKGNwsHUoFVrkMmNguWP/s320/Picture9.pngKlasifikasi:
Divisio      : Pinophyta
Class
         : Gnetalopsida
Ordo
         : Gnetales
Familia
     : Gnetaceae
Genus       : Gnetum
Spesies
     : Gnetum gnemon
Gnetum gnemon merupakan satu-satunya contoh yang diamati dalam kelas Gnetopsida. Merupakan tumbuhan yang habitusnya pohon dengan batang yang berkayu serta pola percabangan monopodial, dan bentuk segi penampang batangnya ialah bulat. Daunnya jenis majemuk bifoliatus dengan tepi yang rata, duduk daunnya berhadapan serta sudah memiliki pola pertulangan daun. Merupakan tumbuhan yang berumah dua dimana strobilus jantan dan betina terpisah, letak keduanya adalah sama-sama aksilaris. Jumlah mikrosporofi dan makrosporofil banyak dan berkarang. Keterbukaan bijinya sudah hampir tertutup. Distribusi seks Gnetum gnemon ialah Anemogami (dengan bantuan) atau juga serangga.
Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan "buah" dan daunnya. Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.
Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah.
Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Pemanfaatan melinjo ialah kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Daun mudanya (disebut sebagai so dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem). "Bunga" (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga menjadi bahan baku emping.

G.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan ini setelah membandingkannya dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pinophyta memiliki 4 kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, Gnetopsida, dan Ginkgopsida.
2.      Cirri dari ordo Coniferopsida adalah memiliki bentuk daun serupa jarum seperti pada Pinus.
3.      Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina).
4.      Ciri dari ordo Cycadales adalah memiliki bentuk seperti paku tiang dengan duduk daun roset.
5.      Ciri dari ordo Coniferales adalah memiliki perubahan bentuk daun serupa jarum seperti pada Pinus.
6.      Ciri dari Ordo Gnetales adalah ovulumnya lebih tertutup dari ordo yang lainnya sehingga dikatakan lebih maju, contohnya seperti Gnetum gnemon.
PERTANYAAN
1.      Apakah yang menjadi dasar pengklasifikasian dari masing-masing spesimen? Dilihat dari perbedaan ciri morfologi yang meliputi perbedaan bentuk, letak, dan ciri khusus yang dimiliki masing-masing spesimen.
2.      Bagaimana proses pembuahan pada Gymnospermae dapat terjadi? Dapat dilakukan dengan bantuan angin (anemogami).