Selasa, 17 Desember 2013

pengaruh alelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan



PENGARUH ALLELOPATI JENIS TANAMAN
TERHADAP PERKECAMBAHAN

A.    TUJUAN
Mempelajari pengaruh alelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tumbuhan lain.

B.     LATAR BELAKANG
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig, 1995b). Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik.




C.     ALAT DAN BAHAN
1.      Bagian akar dan daun alang – alang (Imperata cylindrica), daun akasia (Acacia mangium), dan kirinyuh (Eupatorium odoratum)
2.      Biji jenis kacang hijau dan jagung
3.      Alat : Cawan petri, kertas saring, corong penyaring, tisu dan pisau /gunting.

D.    PROSEDUR KERJA
1.      Memilih biji kacang hijau dan jagung yang baik.
2.      Menyediakan beberapa cawan petri yang diberi kertas saring.
3.      Membuat ekstrak alang – alang, akasia dan kirinyuh dengan cara sebagai berikut :
·         Menghaluskan bagian tumbuhan tersebut dengan mangkuk penggerus/blender.
·         Membuat ekstrak air atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air (aquades) dengan perbandingan sebagai berikut : bagian tumbuhan dan air 1 : 7 v/v 1 : 14 v/v 1 : 21 v/v dan biarkan selama 1 hari 24 jam.
·         Setelah 1 hari saringlah ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
4.      Meletakkan masing – masing 10 biji kacang hijau dan jagung kedalam cawan petri yang berbeda dan sudah diberi kertas saring.
5.      Menyiram 10 ml ekstrak alelopati tumbuhan tersebut kedalam cawan petri yang sudah berisi biji – biji tersebut.
6.      Mengamati perkecambahan biji – biji tersebut setiap hari selama 7 hari dan amati pula pertumbuhan kecambahnya.
7.      Tentukanlah persen perkecambahan dan diukur panjang kecambahnya.
8.      Membandingkan hasil percobaan tersebut dengan perkecambahan yang hanya diberi perlakuan di siram dengan aquades (kontrol).





E.     HASIL PENGAMATAN
1)      Kelompok 1 kacang hijau 1 : 7
Hari ke..
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Cawan Kontrol
1
-
-
-
-
2
Tumbuh 1 biji baru berakar
-
Tumbuh 1 biji baru berakar
Tumbuh 4 biji baru berakar
3
Tumbuh 4
1 baru berakar, 1 = 1, cm dan 2 biji = 1 cm
Tumbuh 4 biji
1 cm
1 cm
0,5 cm
0,7 cm
-
2 cm
1,5 cm
1 cm
0,7 cm
4
1,5 cm
1 cm
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
-
3,5 cm
3 cm
1,5 cm
1 cm
5
4 cm
1 cm
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
-
9,5 cm
9 cm
1,5 cm
1 cm
6
5,5 cm
0,5 cm
1 cm

0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
-
12 cm
10,9 cm
1,5 cm
1 cm
7
5,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
1 cm
1 cm
1 cm
-
16 cm
10 cm
1,5 cm
1 cm


2)      Kelompok 2: Biji Jagung

Hari ke-
Variabel
1 : 7
Rata - rata
Kontrol
1
2
3
1
Tumbuh
Tinggi
-
-
-
-
-
-

-
-
2
Tumbuh
Tinggi
3
0,5
2
1
1
0,5


3
3
Tumbuh
Tinggi
3
1
3
2
2
1,5

4
4
Tumbuh
Tinggi
3
2
3
2,5
3
2

4,5
5
Tumbuh
Tinggi
4
3
2
3
3
4

5,5
6
Tumbuh
Tinggi
4
4
2
5
3
4,5

7
7
Tumbuh
Tinggi





3)      Kelompok 4: Biji Jagung

Hari ke-
Variabel
1 : 14
Rata – rata
Kontrol
1
2
3
1
Tumbuh
Tinggi
-
-
1
0,5
3
0,7 cm

1
1 cm
2
Tumbuh
Tinggi
-
-
5
0,5
5
0,6 dan 0,4. 0,5

8
0,2 dan 0,6
3
Tumbuh
Tinggi
3
0,1 , 0,3 dan 0,4
8
0,6 , 0,7 dan 0,8
5
1,5

8
5 dan 2,5
4
Tumbuh
Tinggi
3
0,4
10
9,5 , 2 , 1
7
12 dan 4

9
20 , 9 , 4 , 3
5
Tumbuh
Tinggi
4
1, 0,5, 0,6
9
11, 3,5 dan 0,8
6
10,5, 12,4 dan 16,5

9
6 , 14, 22, 24 dan 14
6
Tumbuh
Tinggi





7
Tumbuh
Tinggi






4)      Kelompok 5 biji jagung

Hari ke-
Variabel
1 : 21
Rata - rata
Kontrol
1
2
3
1
Tumbuh
Tinggi
-
Baru berakar
-
Baru berakar
-
Baru berakar

-
Baru berakar
2
Tumbuh
Tinggi
1
2 cm
-

3
1,5 cm

3
1,9 cm, 1,3
3
Tumbuh
Tinggi
5
3,5 cm,1,5
2
0,5 cm ,1 cm
7
1,5 cm,2,5 cm 10,5 cm

4
2 cm,1,5 cm dan 2 cm
4
Tumbuh
Tinggi
5
6,5 cm, 2,5 cm
-
7
7, cm , 5,5

6
7 cm,1cm
5
Tumbuh
Tinggi
5
6,5 ,3, 3,5


7


9
7cm,2cm,2,5cm
6
Tumbuh
Tinggi
5
6,8cm,4cm,3,5cm


7
5,5 , 7


7
Tumbuh
Tinggi
5
7cm,4cm,3,5

7
5,5 , 7


5)      Kelompok 6: Biji Jagung

Hari ke-
Variabel
1 : 21
Rata - rata
Kontrol
1
2
3
1
Tumbuh
Tinggi
-
-
-
-
-
-

-
-
2
Tumbuh
Tinggi

0,5

0,3

0,2


1
3
Tumbuh
Tinggi

2

3

2


4
4
Tumbuh
Tinggi

4

6

10


6
5
Tumbuh
Tinggi

8

12

14


8
6
Tumbuh
Tinggi

15

14

16


14
7
Tumbuh
Tinggi

17

16

18


15

F.     PERHITUNGAN
1.      Kosentrasi 1 : 7           1/7  x 10   = 1,43 ml (28 tetes) ekstrak 
   +                                  10 ml
               8,57 ml air
2.      Kosentrasi 1 : 14         1/14 x 10  = 0,7 ml (14 tetes) ekstrak
  +                                  10 ml
   9,3 ml air
3.      Kosentrasi 1 : 21         1/21 x 10 = 0,48 ml (9 tetes) ektrak
  +                                   10 ml
  9,52 ml air










G.    PEMBAHASAN                              
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengaruh allelopati jenis tanaman dengan tujuan mempelajari pengaruh allelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tumbuhan lain. Pada percobaan allelopati ini melibatkan biji jagung dan biji kacang hijau, serta ekstrak akar alang-alang dan ekstrak daun akasia.
Berdasarkan konsentrasi ekstrak zat allelopati dari akar alang-alang dan daun akasia terhadap pertumbuhan biji jagung dan biji kacang hijau dapat dibagi menjadi 3 percobaan, yaitu:
Pada percobaan pertama menggunakan perbandingan ekstrak 1 : 7. Berdasarkan hasil pengamatan, biji jagung yang diletakan pada 3 media cawan petri yang diberi kapas dan dilakukan penyiraman ekstrak umumnya mengalami hambatan dalam proses perkecambahan dibanding dengan media cawan petri dengan penyiraman menggunakan air (kontrol). Demikian pula pada biji kacang hijau mengalami hambatan dalam perkecambahan, dibanding kacang hijau pada media kontrol. Pada hari ke-2 penyiraman terlihat biji kacang hijau yang diberi ekstrak mulai berkecambah sepanjang 1 cm, dan pada media kontrol panjang kecambah 2 cm. Pada hari ke-7 panjang menjadi 3 cm, dan pada kontrol panjangnya 16 cm. Sedangkan pada biji jagung yang diberi ekstrak mulai berkecambah di hari kedua sepanjang 0.5 cm, dan pada media kontrol sepanjang 3 cm.
Pada percobaan kedua menggunakan perbandingan  ekstak 1 : 14, dimana 0,7 ml ekstrak dicampur dengan 9,3 ml air. Biji kacang hijau yang disirami ektrak umumnya mengalami hambatan dalam proses perkecambahan dibandingkan kacang hijau pada media cawan petri dengan penyiraman menggunakan air (kontrol) yang mengalami pertumbuhan kecambah yang cepat. Demikian pula pertumbuhan kecambah biji jagung yang melambat pada biji yang disirami ekstrak, dibandingkan penyiraman dengan menggunakan air (kontrol).
Pada percobaan ketiga menggunakan perbandingan ekstrak 1 : 21, dimana 0,48 ml ekstrak dicampur 9,52 ml air. Biji jagung yang disirami ektrak umumnya mengalami hambatan dalam proses perkecambahan dibandingkan kacang hijau pada media cawan petri dengan penyiraman menggunakan air (kontrol) yang mengalami pertumbuhan kecambah yang cepat. Hal ini senada dengan kecambah biji kacang hijau yang tumbuh melambat setelah di sirami ekstrak, dibandingkan dengan kacambah biji kacang hiajau yang disiram menggunakan air yang tumbuh cepat.
Melambatnya pertumbuhan kecambah yang diberi campuran ekstrak dari akar alang-alang dan daun akasia, karena alang-alang dan akasia merupakan jenis tanaman yang mempunyai sifat allelopati.
Alelopati adalah suatu kemampuan dari tanaman tertentu untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain, karena merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada jenis tumbuhan ini, yang disebut dengan senyawa alelokimia.
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik.
Senyawa alelopati, yaitu alelokimia dilepaskan oleh tumbuhan dari jaringan dengan berbagai cara,  yaitu melalui:
Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Perkembangan tumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.



H.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pengaruh alelopati jenis tanaman terhadap perkecambahan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Alelopati adalah suatu kemampuan dari tanaman tertentu untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain, karena merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada jenis tumbuhan ini, yang disebut dengan senyawa alelokimia.
2.      Alelokimia pada tumbuhan dibentuk pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji).
3.      Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies.
Senyawa alelopati, yaitu alelokimia dilepaskan oleh tumbuhan dari jaringan dengan berbagai cara,  yaitu melalui: Penguapan, Eksudat akar, Pencucian, Pembusukan organ tumbuhan
4.      Besar - kecilnya kosentrasi ekstrak yang diberikan dapat mempengaruhi melambatnya proses perkecambahan. Semakin besar kosentrasi ekstrak, maka pertumbuhan kecambah sangat lambat, sedangkan semakin kecil kosentrasi ekstrak yang diberikan, maka pertumbuhan kecambah semakin cepat.
5.      Perkembangan tumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.




DAFTAR PUSTAKA

-          Moenandir, J.H. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta
-          Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di perkebunana Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Tanjung Morawa
-          Rukmana, R.H. 1997. Budidaya Baby Corn. Penerbit Kanisius. Jakarta
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta
-          http://id.wikipedia. allelopati /wiki/2009. Diakses pada tangga 8 Maret 2012 pada pukul 16.48 WIB
http://ptsingosari.com, Diakses pada tanggal 8 Maret 2012 pada pukul 15.06 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar