PENGARUH ALLELOPATI JENIS TANAMAN
TERHADAP PERKECAMBAHAN
A. TUJUAN
Mempelajari pengaruh
alelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tumbuhan lain.
B. LATAR BELAKANG
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang
satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan
lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme.
Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia
antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme
(Einhellig, 1995). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan
dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang
dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam
mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu
berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme
lain (Weston, 1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin
di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia
bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan
metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik
larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid,
tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol
dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984;
Einhellig, 1995b). Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium
perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun
abiotik.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Bagian akar dan daun
alang – alang (Imperata cylindrica),
daun akasia (Acacia mangium), dan
kirinyuh (Eupatorium odoratum)
2. Biji jenis kacang hijau
dan jagung
3. Alat : Cawan petri,
kertas saring, corong penyaring, tisu dan pisau /gunting.
D. PROSEDUR KERJA
1. Memilih biji kacang hijau
dan jagung yang baik.
2. Menyediakan beberapa
cawan petri yang diberi kertas saring.
3. Membuat ekstrak alang –
alang, akasia dan kirinyuh dengan cara sebagai berikut :
·
Menghaluskan bagian tumbuhan tersebut dengan mangkuk
penggerus/blender.
·
Membuat ekstrak air atau hasil rendaman bagian tumbuhan
tersebut dengan air (aquades) dengan perbandingan sebagai berikut : bagian
tumbuhan dan air 1 : 7 v/v 1 : 14 v/v 1 : 21 v/v dan biarkan selama 1 hari 24
jam.
·
Setelah 1 hari saringlah ekstrak yang diperoleh dengan
menggunakan alat penyaring.
4. Meletakkan masing –
masing 10 biji kacang hijau dan jagung kedalam cawan petri yang berbeda dan
sudah diberi kertas saring.
5. Menyiram 10 ml ekstrak
alelopati tumbuhan tersebut kedalam cawan petri yang sudah berisi biji – biji
tersebut.
6. Mengamati perkecambahan
biji – biji tersebut setiap hari selama 7 hari dan amati pula pertumbuhan
kecambahnya.
7. Tentukanlah persen
perkecambahan dan diukur panjang kecambahnya.
8. Membandingkan hasil
percobaan tersebut dengan perkecambahan yang hanya diberi perlakuan di siram
dengan aquades (kontrol).
E. HASIL PENGAMATAN
1)
Kelompok 1 kacang hijau 1 : 7
Hari ke..
|
Cawan 1
|
Cawan 2
|
Cawan 3
|
Cawan Kontrol
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Tumbuh 1 biji baru berakar
|
-
|
Tumbuh 1 biji baru berakar
|
Tumbuh 4 biji baru berakar
|
3
|
Tumbuh 4
1 baru berakar, 1 = 1, cm dan 2
biji = 1 cm
|
Tumbuh 4 biji
1 cm
1 cm
0,5 cm
0,7 cm
|
-
|
2 cm
1,5 cm
1 cm
0,7 cm
|
4
|
1,5 cm
1 cm
0,5 cm
|
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
|
-
|
3,5 cm
3 cm
1,5 cm
1 cm
|
5
|
4 cm
1 cm
0,5 cm
|
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
|
-
|
9,5 cm
9 cm
1,5 cm
1 cm
|
6
|
5,5 cm
0,5 cm
1 cm
|
0,5 cm
0,5 cm
0,5 cm
|
-
|
12 cm
10,9 cm
1,5 cm
1 cm
|
7
|
5,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
|
1 cm
1 cm
1 cm
|
-
|
16 cm
10 cm
1,5 cm
1 cm
|
2)
Kelompok 2: Biji Jagung
Hari ke-
|
Variabel
|
1 : 7
|
Rata - rata
|
Kontrol
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
Tumbuh
Tinggi
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
|
2
|
Tumbuh
Tinggi
|
3
0,5
|
2
1
|
1
0,5
|
3
|
|
3
|
Tumbuh
Tinggi
|
3
1
|
3
2
|
2
1,5
|
4
|
|
4
|
Tumbuh
Tinggi
|
3
2
|
3
2,5
|
3
2
|
4,5
|
|
5
|
Tumbuh
Tinggi
|
4
3
|
2
3
|
3
4
|
5,5
|
|
6
|
Tumbuh
Tinggi
|
4
4
|
2
5
|
3
4,5
|
7
|
|
7
|
Tumbuh
Tinggi
|
3)
Kelompok 4: Biji Jagung
Hari ke-
|
Variabel
|
1 : 14
|
Rata – rata
|
Kontrol
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
Tumbuh
Tinggi
|
-
-
|
1
0,5
|
3
0,7 cm
|
1
1 cm
|
|
2
|
Tumbuh
Tinggi
|
-
-
|
5
0,5
|
5
0,6 dan 0,4. 0,5
|
8
0,2 dan 0,6
|
|
3
|
Tumbuh
Tinggi
|
3
0,1 , 0,3 dan 0,4
|
8
0,6 , 0,7 dan 0,8
|
5
1,5
|
8
5 dan 2,5
|
|
4
|
Tumbuh
Tinggi
|
3
0,4
|
10
9,5 , 2 , 1
|
7
12 dan 4
|
9
20 , 9 , 4 , 3
|
|
5
|
Tumbuh
Tinggi
|
4
1, 0,5, 0,6
|
9
11, 3,5 dan 0,8
|
6
10,5, 12,4 dan 16,5
|
9
6 , 14, 22, 24 dan 14
|
|
6
|
Tumbuh
Tinggi
|
|||||
7
|
Tumbuh
Tinggi
|
4)
Kelompok 5 biji jagung
Hari ke-
|
Variabel
|
1 : 21
|
Rata - rata
|
Kontrol
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
Tumbuh
Tinggi
|
-
Baru berakar
|
-
Baru berakar
|
-
Baru berakar
|
-
Baru berakar
|
|
2
|
Tumbuh
Tinggi
|
1
2 cm
|
-
|
3
1,5 cm
|
3
1,9 cm, 1,3
|
|
3
|
Tumbuh
Tinggi
|
5
3,5 cm,1,5
|
2
0,5 cm ,1 cm
|
7
1,5 cm,2,5 cm 10,5 cm
|
4
2 cm,1,5 cm dan 2 cm
|
|
4
|
Tumbuh
Tinggi
|
5
6,5 cm, 2,5 cm
|
-
|
7
7, cm , 5,5
|
6
7 cm,1cm
|
|
5
|
Tumbuh
Tinggi
|
5
6,5 ,3, 3,5
|
7
|
9
7cm,2cm,2,5cm
|
||
6
|
Tumbuh
Tinggi
|
5
6,8cm,4cm,3,5cm
|
7
5,5 , 7
|
|||
7
|
Tumbuh
Tinggi
|
5
7cm,4cm,3,5
|
7
5,5 , 7
|
5)
Kelompok 6: Biji Jagung
Hari ke-
|
Variabel
|
1 : 21
|
Rata - rata
|
Kontrol
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
Tumbuh
Tinggi
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
|
2
|
Tumbuh
Tinggi
|
0,5
|
0,3
|
0,2
|
1
|
|
3
|
Tumbuh
Tinggi
|
2
|
3
|
2
|
4
|
|
4
|
Tumbuh
Tinggi
|
4
|
6
|
10
|
6
|
|
5
|
Tumbuh
Tinggi
|
8
|
12
|
14
|
8
|
|
6
|
Tumbuh
Tinggi
|
15
|
14
|
16
|
14
|
|
7
|
Tumbuh
Tinggi
|
17
|
16
|
18
|
15
|
F.
PERHITUNGAN
1.
Kosentrasi 1 : 7 1/7 x 10 = 1,43 ml (28 tetes) ekstrak
+ 10
ml
8,57 ml air
2.
Kosentrasi 1 : 14 1/14 x 10 = 0,7 ml (14 tetes) ekstrak
+ 10 ml
9,3 ml air
3.
Kosentrasi 1 : 21 1/21 x 10 = 0,48 ml (9
tetes) ektrak
+ 10 ml
9,52 ml air
G.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengaruh allelopati jenis tanaman
dengan tujuan mempelajari pengaruh allelopati jenis tumbuhan terhadap
perkecambahan tumbuhan lain. Pada percobaan allelopati ini melibatkan biji
jagung dan biji kacang hijau, serta ekstrak akar alang-alang dan ekstrak daun
akasia.
Berdasarkan konsentrasi ekstrak zat allelopati dari akar alang-alang dan
daun akasia terhadap pertumbuhan biji jagung dan biji kacang hijau dapat dibagi
menjadi 3 percobaan, yaitu:
Pada percobaan pertama menggunakan perbandingan ekstrak 1 : 7. Berdasarkan
hasil pengamatan, biji jagung yang diletakan pada 3 media cawan petri yang diberi
kapas dan dilakukan penyiraman ekstrak umumnya mengalami hambatan dalam proses
perkecambahan dibanding dengan media cawan petri dengan penyiraman menggunakan
air (kontrol). Demikian pula pada biji kacang hijau mengalami hambatan dalam
perkecambahan, dibanding kacang hijau pada media kontrol. Pada hari ke-2
penyiraman terlihat biji kacang hijau yang diberi ekstrak mulai berkecambah
sepanjang 1 cm, dan pada media kontrol panjang kecambah 2 cm. Pada hari ke-7
panjang menjadi 3 cm, dan pada kontrol panjangnya 16 cm. Sedangkan pada biji
jagung yang diberi ekstrak mulai berkecambah di hari kedua sepanjang 0.5 cm,
dan pada media kontrol sepanjang 3 cm.
Pada percobaan kedua menggunakan perbandingan ekstak 1 : 14, dimana 0,7 ml ekstrak dicampur
dengan 9,3 ml air. Biji kacang hijau yang disirami ektrak umumnya mengalami
hambatan dalam proses perkecambahan dibandingkan kacang hijau pada media cawan
petri dengan penyiraman menggunakan air (kontrol) yang mengalami pertumbuhan
kecambah yang cepat. Demikian pula pertumbuhan kecambah biji jagung yang
melambat pada biji yang disirami ekstrak, dibandingkan penyiraman dengan
menggunakan air (kontrol).
Pada percobaan ketiga menggunakan perbandingan ekstrak 1 : 21, dimana 0,48
ml ekstrak dicampur 9,52 ml air. Biji jagung yang disirami ektrak umumnya
mengalami hambatan dalam proses perkecambahan dibandingkan kacang hijau pada
media cawan petri dengan penyiraman menggunakan air (kontrol) yang mengalami
pertumbuhan kecambah yang cepat. Hal ini senada dengan kecambah biji kacang
hijau yang tumbuh melambat setelah di sirami ekstrak, dibandingkan dengan
kacambah biji kacang hiajau yang disiram menggunakan air yang tumbuh cepat.
Melambatnya pertumbuhan kecambah yang diberi campuran ekstrak dari akar
alang-alang dan daun akasia, karena alang-alang dan akasia merupakan jenis
tanaman yang mempunyai sifat allelopati.
Alelopati adalah suatu kemampuan dari tanaman tertentu untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain,
karena merupakan akibat
adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada jenis tumbuhan ini,
yang disebut dengan senyawa alelokimia.
Alelokimia pada tumbuhan
dibentuk pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan
biji). Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap
spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang
dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam
lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan
derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam
amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya
terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres
biotik maupun abiotik.
Senyawa alelopati, yaitu alelokimia dilepaskan oleh tumbuhan dari jaringan
dengan berbagai cara, yaitu melalui:
Penguapan
Senyawa
alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang
melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus,
dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid.
Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk
embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
Eksudat akar
Banyak
terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar),
yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
Pencucian
Sejumlah
senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas
permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum
sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di
bawah naungan tumbuhan ini.
Pembusukan organ
tumbuhan
Setelah
tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah
larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati
akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa
kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni
tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara
di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati
lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga
tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang
berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Perkembangan tumbuhan
tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan
jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.
H.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum pengaruh alelopati jenis tanaman terhadap
perkecambahan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Alelopati adalah suatu kemampuan dari tanaman
tertentu untuk
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain, karena merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang
terdapat pada jenis tumbuhan ini, yang disebut dengan senyawa
alelokimia.
2.
Alelokimia
pada tumbuhan dibentuk pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma,
bunga, buah, dan biji).
3.
Organ
pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies.
Senyawa
alelopati, yaitu alelokimia dilepaskan oleh tumbuhan dari jaringan dengan
berbagai cara, yaitu melalui: Penguapan, Eksudat akar, Pencucian, Pembusukan
organ tumbuhan
4.
Besar - kecilnya kosentrasi ekstrak yang
diberikan dapat mempengaruhi melambatnya proses perkecambahan. Semakin besar
kosentrasi ekstrak, maka pertumbuhan kecambah sangat lambat, sedangkan semakin
kecil kosentrasi ekstrak yang diberikan, maka pertumbuhan kecambah semakin cepat.
5.
Perkembangan
tumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur
ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
-
Moenandir,
J.H. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT RajaGrafindo
Persada.Jakarta
-
Nasution,
U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di perkebunana Karet Sumatera Utara dan Aceh.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Tanjung Morawa
-
Rukmana,
R.H. 1997. Budidaya Baby Corn. Penerbit Kanisius. Jakarta
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta
-
http://id.wikipedia.
allelopati /wiki/2009. Diakses pada tangga 8 Maret 2012 pada pukul 16.48 WIB
http://ptsingosari.com, Diakses pada tanggal 8
Maret 2012
pada pukul 15.06
WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar