BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Meskipun barangkali sebagian
besar diantara kita tidak asing lagi dengan binatang yang satu ini yakni
cacing, yang bisa kita temui di berbagai tempat, namun umumnya dapat ditemukan
di tempat-tampat lembab dan berair. Cacing mempunyai banyak spesies dengan
karakteristik yang berbeda-beda, baik dilihat dari bentuk tubuh, ukuran tubuh,
struktur tubuh, cara hidup, dan
reproduksinya. hal-hal tersebut yang membuat binatang yang tergolong sederhana
ini menarik untuk dipelajari dan dikaji lebih dalam. Mungkin ada sebagian orang
yang belum mengetahui bahwa cacing dapat dikelompokan dalam beberapa Filum,
seperti Filum Platyhelminthes dan Filum Nemathelminthes.
Filum
Platyhelminthes merupakan filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan
coelenterata. Filum Platyhelminthes tidak
merugikan jika hidup secara bebas namun akan merugikan bila hidup sebagai
parasit. Ditemukan beberapa spesies
cacing yang termasuk Filum
Platyhelminthes, diantaranya adalah Turbellaria (Cacing berambut getar), Trematoda (Cacing isap), Cestoda (Cacing pita).
Filum
Nemathelminthes disebut juga sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk
bulat panjang atau seperti benang. Ditemukan
beberapa spesies cacing yang termasuk Filum Nemathelminthes dilihat dari
karakteristik, reproduksi dan factor-faktor lainnya, yaitu; Ascaris lumbricoides
(cacing perut), Ancylostoma
duodenale (cacing tambang), Oxyuris
vermicularis (cacing kremi), Wuchereria
bancrofti (cacing rambut), Trichinella
spiralis.
Dengan
adanya perbedaan antara Filum Platyhelminthes dan Filum Nemathelminthes akan
sangat menarik bila kita dapat mengetahui masing-masing spesies dengan semua keistimewaanya.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan karya tulis ini
:
1.
Apa yang
dimaksud dengan Filum
Platyhelminthes dan Filum
Nemathelminthes?
2.
Bagaimana
karakteristik dari Filum
Platyhelminthes dan Filum
Nemathelminthes?
3.
Apa saja spesies
cacing yang termasuk Filum
Platyhelminthes dan Filum
Nemathelminthes?
4.
Bagaimana klasifikasi
Filum Platyhelminthes dan Filum Nemathelminthes?
5.
Bagaimana peranan
platyhelmintes dan nemathelmintes dalam kehidupan manusia?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan karya tulis ini :
1.
Untuk mengetahui
definisi tentang
Filum Platyhelminthes dan Filum
Nemathelminthes.
2.
Untuk mengetahui
karakteristik dari Filum
Platyhelminthes dan Filum
Nemathelminthes.
3.
Untuk
mengklasifikasikan spesies-spesies yang termasuk Filum Platyhelminthes dan Filum Nemathelminthes.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
FILUM PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes
berasal dari bahasa Yunani. Platy yang berarti pipih
dan Helminthes yang berarti cacing.
Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih.
Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan
coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik (mempunyai tiga lapisan tubuh) yang
paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang
merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit. Filum ini terdiri dari 9000 spesies.
1.
Ciri-ciri Umum Platyhelminthes
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih dan
simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan, permukaan dorsal dan ventral dan
juga anterior dan posterior. Ukuran platyhelmintes sangat beragam, mulai
dari yang hampir mikroskopis sampai yang panjangnya 20 meter.
Platyhelminthes (Cacing pipih) ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga
tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada
pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini
mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini
mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan
sistem pernafasan. Sistem pencernaan pada Platyhelminthes tidak
sempurna, tanpa anus. Terdiri
dari mulut, faring dan usus. Usus tersebar ke seluruh tubuh. Karena
Platyhelminthes tidak memiliki anus, maka Platyhelminthes juga tidak memiliki
sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh
sel tubuh Platyhelminthes.
Sistem ekskresi
pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang bermuara ke
pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua
saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame
cell).
Platyhelminthes adalah
merupakan sebagian besar acelomata yang mempunyai 3 (tiga) lapisan dermoblast,
yaitu berturut-turut dari luar ke dalam:
oEctiderm
oMesoderm
oEntoderm
Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula. Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan entoderm akan terbentuk gastrodermis.
oEctiderm
oMesoderm
oEntoderm
Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula. Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan entoderm akan terbentuk gastrodermis.
Sistem saraf berupa
tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian anterior tubuh.
Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari
masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah
posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh.
Contoh salah satu Platyhelmintes adalah Planaria.
Planaria mempunyai sistem pencernaan
yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu
cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan
ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada
saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan
melalui mulut. Sistem
pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang.
Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.
Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan
sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang melintang seperti tangga.
2.
Reproduksi
Organ reproduksi jantan dan betina
berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit. Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan
aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh
Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu. Sedangkan reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh
tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
3.
Cara hidup
Platyhelminthes bisa hidup bebas ataupun parasit.
Platyhelminthes yang hidup bebas memakan organisme lain. Sedangkan Platyhelminthes
parasit hidup pada jaringan inangnya (manusia, siput, babi, sapi, dll).
4.
Klasifikasi
Platyhelminthes dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).
4.1.
Turbellaria (Cacing
berambut getar)
Turbellaria adalah platihelminthes
yang memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak.
Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia triginia atau biasa kita kenal dengan nama
cacing Planaria. Bentuk tubuh bagian depan
(anterior) Planaria berbentuk segitiga dan terdapat
sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap
dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel. Aurikel
ini di gunakan Planaria saat mencari makananya. Planaria merupakan hewan hermafrodit, namun reproduksi seksual Planaria harus dilakukan dua individu. Zigot yang terbentuk
berkembang tanpa melalui fase larva. Sedangkan reproduksi aseksualnya dilakukan
dengan cara fragmentasi dan bagian potongan tubuhnya itu akan melakukan
regenerasi dengan daya regenerasi yang sangat tinggi sehingga membentuk
individu baru.
4.2 Trematoda (Cacing isap)
Trematoda disebut cacing isap karena cacing
ini memiliki alat pengisap di bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap
digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Trematoda
merupakan hewan parasit, dia mengambil mekanan berupa cairan tubuh atau
jaringan inangnya saat ia menempel. Salah satu contoh Trematoda adalah Fasciola
hepatica. Fasciola hepatica
memiliki Daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang. Inang
utama dan inang perantara.
Daur hidup cacing hati (Fasciola
hepatica)
Keterangan:
1.
Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada
hati dan kemudian berpindah ke aliran darah
ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
2.
Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di
tempat basah.
3.
Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau
siput air.
4.
Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang
perantara (siput air).
5.
Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.
6.
Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar
dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
7.
Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria.
8.
Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing
dewasa di dalam organ hati.
4.3.
Cestoda (Cacing pita)
Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih
panjang seperti pita yang terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid.
Pada skoleks terdapat alat penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan
kait digunakan untuk menempel pada tubuh inang. DI bagian belakan skoleks pada
bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin
janatan dan betina.
Inang utama cacing Cestoda dewasa adalah vertebrata
termasuk manusia. Cestoda menghisap
sari makanan dari usus halus ingangnya. Oleh karena itu Cestoda disebut hewan parasit. Taenia
saginata adalah Cestoda dengan
sapi sebagai perantara. Sedangkan Taenia solium adalah Cestoda dengan babi sebagai perantaranya.
Contoh
Cestoda yang lainnya yaitu:
a) Taenia saginata
(dalam usus manusia)
b) Taenia solium
(dalam usus manusia)
c) Choanotaenia infudibulum
(dalam usus ayam)
d) Echinococcus granulosus
(dalam usus anjing)
e) Dipylidium latum
(menyerang manusia melalui inang protozoa)
B.
FILUM NEMATHELMINTHES
Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani. Nema berarti benang dan helminthes berarti cacing
disebut sebagai cacing gilig. Karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes adalah hewan berbentuk silinder yang memenjang. Berbeda
dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki
rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
1. Ciri tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki saluran pencernaan satu arah yang menjulur dari bagisn mulut di bagian muka sampai anus di bagian belakang. System pencernaan satu arah ini menguntungkan karena meniadakan pencampuran makanan yang masuk dengan limbah yang keluar. Sistem pencernaannya lengkap terdiri dari mulut, faring, usus dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan keseluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom.
Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
2. Cara hidup dan habitat
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
3. Reproduksi
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora. Pada uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi manusia.
4.1. Ascaris lumbricoides (cacing perut)
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut. Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris.
Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat telur in tertelan orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati, jantung dan/atau paru-paru. Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah sepuluh hari bermigrasi lewat saluran udara ke kerongkongan tempat dimana mereka akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan betinanya menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses. Telur dalam feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk memulai siklus baru
4.2. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia. Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya. Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.
Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin. Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
4.3. Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini. Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita sendiri. Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali.
4.4. Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria.Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah (elefantiasis), yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak. Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.
5. Peranan
Peranan Platyhelmintes hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Peranan Nemathelminthes bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang menguntungkan bahkan merugikan. Nemathelminthes kebanyakan adalah parasit pada manusia, tanaman, dan hewan.
BAB
III
PENUTUP
SIMPULAN
1.
Platyhelminthes berasal
dari bahasa Yunani. Platy yang berarti pipih
dan Helminthes yang berarti cacing.
Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. Sedangkan Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani. Nema berarti benang dan helminthes berarti cacing
disebut sebagai cacing gilig. Karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang.
2.
Filum
Platyhelmintes terbagi menjadi tiga kelas yaitu: kelas Turbellaria, kelas Trematoda dan
kelas Cestoda. Biasanya hidup di air tawar, air laut
dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah
dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel.
3.
Siklus hidupnya
sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang. Kalau daging yang
mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna kemudian termakan oleh orang,
maka orang tersebut akan terserang cacing pita. Cacing pita tidak memiliki alat
pencernaan dan indra. Dalam evolusi mungkin hewan ini hasil perkembangan dari
cacing pita yang hidup secara bebas. Dalam proses perkembangannya, alat
pencernaan dan alat indera tidak lagi sesuai dengan cara hidup parasit.
4.
Filum
nemathelmintes terbagi menjadi dua kelas yaitu: kelas Nematoda dan
Nematophora.
5.
Peranan Nemathelminthes
bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang menguntungkan bahkan
merugikan. Nemathelminthes kebanyakan adalah parasit pada manusia, tanaman, dan
hewan.
damascus titanium | TITaniumArts
BalasHapusThe best damascus titanium. A titanium block stainless steel structure, one titanium curling iron of the most highly recommended joico titanium for the Chinese. titanium wallet Material titanium hip is made with a fine $9.99 · Out of stock