Selasa, 17 Desember 2013

suksesi tumbuhan



SUKSESI TUMBUHAN

A.    Tujuan
Untuk mengetahui proses suksesi alami dari lahan garapan

B.     Latar belakang
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain (Daniel, et al, 1992).
Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi.
Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu (Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh.
Paham polyklimaks mempunyai anggapan bahwa tidak hanya faktor iklim saja, seperti sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara dan presipitasi, yang dapat menimbulkan suatu klimaks. Penganut paham ini sebaliknya berpendapat bahwa ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya klimaks, yaitu edafis dan biotis. Faktor edafis timbul karena pengaruh tanah seperti komposisi tanah, kelembaban tanah, suhu tanah dan keadaan air tanah. Sedangkan biotis adalah faktor yang disebabkan oleh manusia atau hewan, misalnya padang rumput dan sabana tropika.
Suksesi merupakan adanya modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
C.     Alat dan Bahan

1.        Parang
2.        Cangkul
3.        Tali Rapiah
4.        Tabel pengamatan
5.        Patok kayu


D.    Prosedur kerja
1.      Bersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput dan tumbuhan lain yang ada seluas 25 m2
2.      Bagi lahan tersebut menjadi petak kecil yang berukuran 1 x 1 m2 dengan menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafiah. Selanjutnya biarkan petak tersebut selama satu minggu
3.      Setelah satu minggu, amati jenis tumbuhan yang tumbuh pada  masing-masing petak 1 x 1 m2 dan catat jumlahnya, serta tinggi masing-masing tumbuhan
4.      Pengamatan dilakukan terus setiap minggu hingga minggu ke-8
5.      Catat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan bandingkan hasil pengamtatan setiap minggu



















E.     Hasil pengamatan

NO
TANGGAL
JENIS
JUMLAH
TINGGI
1
12 Oktober  2011
-
-
-
2
19 Oktober  2011

a.       Rumput Gajah
b.      Ilalang
c.       Rumput Teki

4
3
2

5 cm
2 cm
2 cm
3
26 Oktober 2011
a.       Rumput Gajah
b.      Babandotan
c.       Ilalang
d.      Rumput Teki

6
3
5
10

8 cm
7 cm
5 cm
6 cm
4
02 November 2011
a.       Rumput Gajah
b.      Babandotan
c.       Ilalang
d.      Rumput Teki
12
8
10
20

11 cm
12 cm
8 cm
12 cm

5
09 November 2011

a.       Rumput Gajah
b.      Babandotan
c.       Ilalang
d.      Rumput Teki
e.       Pecut kuda
18
23
13
24
15
15 cm
17 cm
10 cm
16 cm
11 cm

6
16 November 2011

a.       Rumput Gajah
b.      Babandotan
c.       Ilalang
d.      Rumput Teki
e.       Pecut Kuda
23
24
14
25
18
26 cm
26 cm
12 cm
18 cm
15 cm

7
23 November 2011
a.       Rumput Gajah
b.      Babandotan
c.       Ilalang
d.      Rumput Teki
e.       Pecut Kuda
24
29
18
25
20
28 cm
28 cm
13
cm
23 cm
17 cm

8
30 November 2011
a.       Rumput Gajah
b.      Babandotan
c.       Ilalang
d.      Rumput Teki
e.       Pecut Kuda
28
33
24
29
24
33 cm
42 cm
39 cm
33 cm
20 cm


F.     Pembahasan
Praktikum kali ini tentang suksesi tumbuhan yang bertujuan untuk mengetahui proses suksesi alami dari lahan garapan. Lahan garapan yang kami pakai yaitu lahan kosong di belakang gedung jurusan IPS atau samping PBB kampus IAIN Syekh Nurjati.
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
Pelaksanaan praktikum ini, membuat lahan garapan berupa petakan seluas       5 x 5 M, didalam petakan tersebut kemudian dibuat lagi beberapa petakan kecil dengan ukuran 1 x 1 M yang kemudian untuk mengamati jenis-jenis tanaman  yang tumbuh dalam petakan, banyak tanaman yang tumbuh, dan tinggi tanaman. Pengamatan ini dilakukan selama delapan minggu, dimana setiap minggunya dilakukan pengamatan.
Lahan garapan yang sudah kita tentukan dan sudah dibuat petakan, kita bersihkan dari vegetasi lain dan sampah anorganik atau sampah organik, sehingga lahan tersebut menjadi gundul.
Minggu pertama belum nampak adanya tanda mulai tumbuhn vegetasi apapun, dikarenakan itensitas hujan masih jarang. Tapi di minggu kedua sudah mulai menampakan tumbuhnya berbagai jenis rumput, yaitu: 2 rumput teki dengan tinggi 2 cm, 4 rumput gajah dengan tinggi 5 cm, dan 3 ilalang dengan tinggi 2 cm. Di minggu ketiga selain berbagai jenis rumput yang tumbuh, tumbuh juga tanaman babandotan dengan tinggi 7 cm. Sedangkan rumput gajah bertambah tinggi menjadi 8 cm. Ilalang 5 cm, dan rumput teki 6 cm. Minggu keempat tanaman bertambah banyak dan bertambah tinggi, rumput gajah sebanyak 11 rumput dengan rata-rata tingginya 12 cm , 10 ilalang dengan rata-rata tinggi 8 cm, 20 rumput teki dengan rata-rata tinggi 12 cm, 8 babandotan dengan rata-rata tinggi 12 cm. Minggu kelima rumput gajah sebanyak 18 rumput dengan rata-rata tingginya 15 cm , 13 ilalang dengan rata-rata tinggi 10 cm, 24 rumput teki dengan rata-rata tinggi 16 cm, 23 babandotan dengan rata-rata tinggi 17 cm, dan tumbuh tanaman pecut kuda sebanyak 15 tanaman dengan tinggi rata-rata 11 cm. Pada minggu keenam rumput gajah sebanyak 23 rumput dengan rata-rata tingginya 26 cm , 14 ilalang dengan rata-rata tinggi 12 cm, 25 rumput teki dengan rata-rata tinggi 18 cm, 24 babandotan dengan rata-rata tinggi 26 cm, dan 18 pecut kuda  dengan rata-rata tinggi 15 cm. Pada minngu ketujuh rumput gajah sebanyak 24 rumput dengan rata-rata tingginya 28 cm , 18 ilalang dengan rata-rata tinggi 13 cm, 25 rumput teki dengan rata-rata tinggi 23 cm, 29 babandotan dengan rata-rata tinggi 28 cm, dan 20 pecut kuda  dengan rata-rata tinggi 17 cm. Serta minggu kedelapan rumput gajah sebanyak 28 rumput dengan rata-rata tingginya 28 cm , 24 ilalang dengan rata-rata tinggi 39 cm, 29 rumput teki dengan rata-rata tinggi 33 cm, 33 babandotan dengan rata-rata tinggi 42 cm, dan 2 pecut kuda  dengan rata-rata tinggi 20 cm.
Setelah pengamatan ternyata terjadi suksesi sekunder. Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan /substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.Banyak tanaman yang tumbuh dan tanaman tersebut bervariasi.
Tanaman yang paling banyak tumbuh yaitu rumput teki (gulma), rumput gajah, ilalang, dan pecut kuda, walaupun tanaman ini tumbuhnya tidak terlalu besar namun teki sangat mudah tumbuh dijenis tanah apapun sehingga teki lebih sering dijumpai dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain.
Banyaknya tumbuhan yang tumbuh subur di karenakan pengaruh lingkungan yang mendukung seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropis. Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan.
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya), baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau penghambat di hilangkan.
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu.
Pembentukan klimaks terjadi dua perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh.

G.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan suksesi tumbuhan yang telah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan, bahwa:
1.      Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula.
2.      Suksesi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: faktor iklim, kelembapan tanah, lingkungan.
3.      Tumbuhan yang banyak tumbuh dalam lahan garapan suksesi yang kami buat adalah rumput ilalang, rumput teki, rumput gajah, babandotan, dan pecut kuda.
4.      Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya.
5.      Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia.
6.      Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,
Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB. Hal: 47-82
http://diarnenochan.wordpress.com/2011/04/04/evolusi-suksesi-primer-dan-sekunder-faktor-pembatas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar