BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anggota kingdom Animalia, mulai dari porifera sampai
Echinodermata, dikelompokan sebagai satu kelompok nontaksonomi yang disebut Invertebrata
atau Avertebrata. Avertebrata artinya hewan tanpa tulang belakang. Anvertebrata
ini bukanlah suatu nama filum, melainkan sebuah kelompok dari filum-filum yang
anggotanya terdiri dari hewan-hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Kelompok Anvertebrata meliputi 8 filum, mulai dari filum Porifera (hewan berpori), Coelenterata
(hewan kantong; hewan berongga), Platyhelminthes
(cacing pipih), Nemathelminthes
(cacing gilik), Annelida (cacing
berbuku), Mollusca (hewan lunak), Arthopoda (hewan beruas-ruas), dan Echinodermata (hewan kulit duri).
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
Annelida yang meliputi ciri-ciri umum, pengklasifikasian dan peranan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
sejarah perkembangan Annelida?
b. Apa
ciri-ciri Annelida?
c. Ada
berapa klasifikasi filum Annelida?
d. Apa
peranan Annelid dalam kehidupan?
C. Tujuan
Masalah
a. Mengetahui
perkembangan dan ciri-ciri hewan Annelida.
b. Mengetahui
klasifikasi filum Annelida.
c. Mengetahui
peranan Anelida dalam kehidupan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Perkembangan Annelida.
Pertengahan abad ke-19, naturalis Perancis Jean
Louis Armand de Quatrefages de Bréau memisah cacing ke dalam klasifikasi wiggler
(berambut, gambar atas) yaitu mereka yang merangkak dan berenang seperti
ragworm laut dan nonwiggler (tidak berambut, gambar bawah) yaitu mereka yang
lebih menetap dan biasanya berbentuk tabung seperti cacing tanah.
Namun, studi genetik mempertanyakan klasifikasi
tersebut. Para taksomolog modern menunjukkan, misalnya, fisik mereka tidak
mirip karena hasil adaptasi untuk gaya hidup dan lingkungan. Sekarang bukti
genetik yang lebih komprehensif dilaporkan ke Nature menunjukkan de
Bréau adalah pemenangnya.
Analisis 231 gen dari 34 annelida yang berbeda
menyatakan bahwa wiggler dan nonwiggler memang merupakan dua kelompok evolusi
yang berbeda. Perpisahan kedua kelompok terjadi sangat awal dalam evolusi
cacing. Perpisahan ini tidak terdeteksi para ilmuwan karena tubuh lunak cacing
sulit terawetkan menjadi fosil.
Wiggler yang aktif bergerak mencari makan dilengkapi
bulu, sedangkan nonwiggler kehilangan bulu karena berevolusi untuk tetap
tinggal di dalam liang untuk menunggu makan sedimen dan plankton.
Cacing cincin Annelida adalah filum hewan sangat
beragam yang mencakup lebih dari 15.000 spesies dan makrofauna dominan di zona
pasang surut ke laut. Pandangan tradisional menyatakan Annelida adalah satu
kelompok cacing yang dibagi menjadi dua sub kelompok utama yaitu Clitellata
(cacing tanah dan lintah) dan polychaetes (cacing bulu).
Bukti terbaru menunjukkan bahwa taksa lain yang
pernah dianggap filum terpisah (Sipuncula, Echiura dan Siboglinidae yang juga
dikenal sebagai Pogonophora) harus disertakan dalam Annelida. Namun, hubungan
evolusi yang mendalam masih kurang dipahami dan membutuhkan rekonstruksi
sejarah evolusi.
B. Annelida.
Annelida
(dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok
cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan
Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana.
a. Ciri tubuh
Ciri
tubuh annelida meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
b. Ukuran dan bentuk tubuh
Annelida
memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh annelida yang panjangnya
3 m adalah cacing tanah Australia. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan
bersegmen menyerupai cincin.
c. Struktur dan fungsi tubuh.
Annelida
memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem
ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan
menembus septa.
Rongga
tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan
sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar
(sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem
pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah
sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin,
sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem
saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan
faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari
nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia (tunggal – nefridium) merupakan
organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia
dalam tubuh. Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
d. Cara hidup dan habitat.
Sebagian
besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel
pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar
laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat
lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
e. Reproduksi.
Annelida
umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet. Namun ada juga
yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual
annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang
terpisah pada individu lain (gonokoris).
C. Klasifikasi
Annelida
Annelida dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut
sedikit), dan Hirudinea.
1. Polychaeta
A.
Phyllodoce maculate
B.
Trypanosyllis zebra
Polychaeta
(dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida
berambut banyak. Polychaeta adalah kelas annelida yang paling banyak anggotanya,
yaitu sekitar 10.000 spesies. Hampir Polychaeta hidup di laut. Sebagian besar
berukuran 5-10 cm, tetapi ada yang kurang dari 1 mm dan ada juga yang mencapai
3 mm.
Tubuh
Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena,
dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang
disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi
parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus
sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium
memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Sebagian
besar waktu Polychaeta berada dalam bentuk atoke,
yaitu hewan yang belum masak secara seksual (dewasa). Pada saat musim
kawin, bagian tubuh tertentu membentuk gonad. Hewan yang sudah dewasa ini
disebut epitoke. Epitoke mengandung
gamet. Pembuahan terjadi di luar tubuh.
Contoh
Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte
indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice
viridis (cacing palolo), dan Lysidice
oele (cacing wawo), yang terdapat di Maluku. Cacing ini pada musim tertentu
muncul kepermukaan laut dalam jumlah besar.
2. Oligochaeta
Oligochaeta
(dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan
annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki
seta pada tubuhnya yang bersegmen. Pada bagian tubuh depan, terdapat beberapa
ruas yang warnanya berbeda dengan ruas disekitarnya. Itulah sadel atau
kittelium. Kitelium tersusun atas 3 ruas, di dalamnya terdapat kelenjar yang
digunakan untuk membungkus telur menjadi kokon.
Cacing ini
memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya
yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.
Contoh
Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah (Pheretima sp). Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah
Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah
(Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).
Cacing tanah bereproduksi secara seksual. Pada
umunya cacing tanah bersifat hemafrodit, akan tetapi fetilisasi tidak dilakukan
sendiri, melainkansecara silang dengan melibatkan cacing lainnya. Dua cacing
yang kawin secara silang menempel tubuhnya dengan ujung kepala yang berlawanan.
Alat kelamin jantanmengeluarkan sperma dan di terima oleh klitelum cacing
pasangannya.
Pada saat bersamaan, klitelum mengeluarkan mukosa
(kelenjar) kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reprodukasi betina
dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovariu akan di
buahi oleh sperma. Selanjutnya, ovum yang telah di buahi masuk ke dalam kokon.
Telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing dan menetas menjadi individu
baru.
Cacing tanah memiliki kepala berukuran kecil, tetapi
tidak memiliki rahang, mata, atau alat peraba. Binatang ini hidup sebagai
saprozoik, pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh secara difusi.
Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah yang tertutup, dan permukaan tubuh
tertutup oleh kutikul. Cacing tanah di kena memiliki daya regenerasi yang
tinggal.
3. Hirudinea
Hirudinea
merupakan cacing penghisap darah, atau golongan lintah. Hidupnya ada yang ada
yang di air, ada pula yang didarat. Yang hidup di air misalnya lintah (Hirudo medicinalis), banyak didapatkan
di rawa-rawa. Tubuhnya berbuku-buku, pipih, namun jika terisi darah ukurannya
membesar menjadi bulat gilik. Warnanya hitam kecoklataan. Memiliki dua alat
penghisap darah yang digunakan untuk menempel dan bergerak, satu di bagian
anterior, satu lagi di posterior tubuhnya.
Saat merobek
atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang rasa sakit),
sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang,
lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin atau koagulan. Dengan
zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. Setelah kenyang,
lintah menjatuhkan diri ke air.
Lintah
bersifat hemafrodit dan melakukan perkawinan silang. Lintah mempunyai kitelium
tapi hanya ada selama musim kawin. Setelah kopulasi, kitelium mensekresikan
kokon untuk menyimpan telur dan sperma.
Hirudinea
merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki
arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1
– 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.
Sebagian
besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya
adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap
darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata
kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan
hirudo (lintah).
D. Peranan
Annelida Dalam Kehidupan.
Ø Cacing Tanah (Pheretima sp.) dapat menyuburkan tanah, karena membantu
menghancurkan tanah dan membantu aerasi tanah.
Ø Cacing palolo dan cacing wawo
dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu dijadikan sebagai makanan.
Ø Lintah menghasilkan zat hirudin atau
zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah.
Ø Cacing tubifex bermanfaat untuk makanan burung dan ikan hias.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian mengenai Annelida diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Annelida
merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang
tertutup dan sistem syaraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah
yang utama membujur sepanjang bagian dorsal sedangkan sistem syaraf terdapat
pada bagian ventral.
2. Annelida dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut
sedikit), dan Hirudinea.
3. Annelida
mempunyai peranan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar