Selasa, 17 Desember 2013

annelida



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anggota kingdom Animalia, mulai dari porifera sampai Echinodermata, dikelompokan sebagai satu kelompok nontaksonomi yang disebut Invertebrata atau Avertebrata. Avertebrata artinya hewan tanpa tulang belakang. Anvertebrata ini bukanlah suatu nama filum, melainkan sebuah kelompok dari filum-filum yang anggotanya terdiri dari hewan-hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Kelompok Anvertebrata meliputi 8 filum, mulai dari filum Porifera (hewan berpori), Coelenterata (hewan kantong; hewan berongga), Platyhelminthes (cacing pipih), Nemathelminthes (cacing gilik), Annelida (cacing berbuku), Mollusca (hewan lunak), Arthopoda (hewan beruas-ruas), dan Echinodermata (hewan kulit duri).
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Annelida yang meliputi ciri-ciri umum, pengklasifikasian dan peranan dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana sejarah perkembangan Annelida?
b.      Apa ciri-ciri Annelida?
c.       Ada berapa klasifikasi filum Annelida?
d.      Apa peranan Annelid dalam kehidupan?

C.     Tujuan Masalah
a.       Mengetahui perkembangan dan ciri-ciri hewan Annelida.
b.      Mengetahui klasifikasi filum Annelida.
c.       Mengetahui peranan Anelida dalam kehidupan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Annelida.
Pertengahan abad ke-19, naturalis Perancis Jean Louis Armand de Quatrefages de Bréau memisah cacing ke dalam klasifikasi wiggler (berambut, gambar atas) yaitu mereka yang merangkak dan berenang seperti ragworm laut dan nonwiggler (tidak berambut, gambar bawah) yaitu mereka yang lebih menetap dan biasanya berbentuk tabung seperti cacing tanah.
Namun, studi genetik mempertanyakan klasifikasi tersebut. Para taksomolog modern menunjukkan, misalnya, fisik mereka tidak mirip karena hasil adaptasi untuk gaya hidup dan lingkungan. Sekarang bukti genetik yang lebih komprehensif dilaporkan ke Nature menunjukkan de Bréau adalah pemenangnya.
Analisis 231 gen dari 34 annelida yang berbeda menyatakan bahwa wiggler dan nonwiggler memang merupakan dua kelompok evolusi yang berbeda. Perpisahan kedua kelompok terjadi sangat awal dalam evolusi cacing. Perpisahan ini tidak terdeteksi para ilmuwan karena tubuh lunak cacing sulit terawetkan menjadi fosil.
Wiggler yang aktif bergerak mencari makan dilengkapi bulu, sedangkan nonwiggler kehilangan bulu karena berevolusi untuk tetap tinggal di dalam liang untuk menunggu makan sedimen dan plankton.
Cacing cincin Annelida adalah filum hewan sangat beragam yang mencakup lebih dari 15.000 spesies dan makrofauna dominan di zona pasang surut ke laut. Pandangan tradisional menyatakan Annelida adalah satu kelompok cacing yang dibagi menjadi dua sub kelompok utama yaitu Clitellata (cacing tanah dan lintah) dan polychaetes (cacing bulu).

Bukti terbaru menunjukkan bahwa taksa lain yang pernah dianggap filum terpisah (Sipuncula, Echiura dan Siboglinidae yang juga dikenal sebagai Pogonophora) harus disertakan dalam Annelida. Namun, hubungan evolusi yang mendalam masih kurang dipahami dan membutuhkan rekonstruksi sejarah evolusi.

B.     Annelida.
Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana.
a.       Ciri tubuh
Ciri tubuh annelida meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
b.      Ukuran dan bentuk tubuh
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
c.       Struktur dan fungsi tubuh.
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia (tunggal – nefridium) merupakan organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
d.      Cara hidup dan habitat.
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
e.       Reproduksi.
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).









C.     Klasifikasi Annelida
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

1.      Polychaeta
Description: polychaeta
A.     Phyllodoce maculate
B.     Trypanosyllis zebra

Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak. Polychaeta adalah kelas annelida yang paling banyak anggotanya, yaitu sekitar 10.000 spesies. Hampir Polychaeta hidup di laut. Sebagian besar berukuran 5-10 cm, tetapi ada yang kurang dari 1 mm dan ada juga yang mencapai 3 mm.
Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Sebagian besar waktu Polychaeta berada dalam bentuk atoke, yaitu hewan yang belum masak secara seksual (dewasa). Pada saat musim kawin, bagian tubuh tertentu membentuk gonad. Hewan yang sudah dewasa ini disebut epitoke. Epitoke mengandung gamet. Pembuahan terjadi di luar tubuh.
Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele (cacing wawo), yang terdapat di Maluku. Cacing ini pada musim tertentu muncul kepermukaan laut dalam jumlah besar.

2.      Oligochaeta
Description: cacing-tanah

Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Pada bagian tubuh depan, terdapat beberapa ruas yang warnanya berbeda dengan ruas disekitarnya. Itulah sadel atau kittelium. Kitelium tersusun atas 3 ruas, di dalamnya terdapat kelenjar yang digunakan untuk membungkus telur menjadi kokon.
Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.
Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah (Pheretima sp). Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).
Cacing tanah bereproduksi secara seksual. Pada umunya cacing tanah bersifat hemafrodit, akan tetapi fetilisasi tidak dilakukan sendiri, melainkansecara silang dengan melibatkan cacing lainnya. Dua cacing yang kawin secara silang menempel tubuhnya dengan ujung kepala yang berlawanan. Alat kelamin jantanmengeluarkan sperma dan di terima oleh klitelum cacing pasangannya.
Pada saat bersamaan, klitelum mengeluarkan mukosa (kelenjar) kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reprodukasi betina dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovariu akan di buahi oleh sperma. Selanjutnya, ovum yang telah di buahi masuk ke dalam kokon. Telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing dan menetas menjadi individu baru.
Cacing tanah memiliki kepala berukuran kecil, tetapi tidak memiliki rahang, mata, atau alat peraba. Binatang ini hidup sebagai saprozoik, pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh secara difusi. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah yang tertutup, dan permukaan tubuh tertutup oleh kutikul. Cacing tanah di kena memiliki daya regenerasi yang tinggal.

3.      Hirudinea
Hirudinea merupakan cacing penghisap darah, atau golongan lintah. Hidupnya ada yang ada yang di air, ada pula yang didarat. Yang hidup di air misalnya lintah (Hirudo medicinalis), banyak didapatkan di rawa-rawa. Tubuhnya berbuku-buku, pipih, namun jika terisi darah ukurannya membesar menjadi bulat gilik. Warnanya hitam kecoklataan. Memiliki dua alat penghisap darah yang digunakan untuk menempel dan bergerak, satu di bagian anterior, satu lagi di posterior tubuhnya.
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang rasa sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin atau koagulan. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. Setelah kenyang, lintah menjatuhkan diri ke air.
Lintah bersifat hemafrodit dan melakukan perkawinan silang. Lintah mempunyai kitelium tapi hanya ada selama musim kawin. Setelah kopulasi, kitelium mensekresikan kokon untuk menyimpan telur dan sperma.
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.
Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).

D.    Peranan Annelida Dalam Kehidupan.
Ø  Cacing Tanah (Pheretima sp.) dapat menyuburkan tanah, karena membantu menghancurkan tanah dan membantu aerasi tanah.
Ø  Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu dijadikan sebagai makanan.
Ø  Lintah menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah.
Ø  Cacing tubifex bermanfaat untuk makanan burung dan ikan hias.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian mengenai Annelida diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utama membujur sepanjang bagian dorsal sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian ventral.
2.      Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
3.      Annelida mempunyai peranan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar